BAB I
PENELITIAN SEBAGAI KEGIATAN ILMIAH
A. Hakikat Penelitian
Rasa ingin tahu merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat
tersebut akan mendorong manusia bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia yang berakal sehat sudah
pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun
prosedur tentang suatu obyek. Pengetahuan
dapat dimiliki berkat adanya pengalaman atau melalui interaksi antara
manusia dengan lingkungannya. Secara universal, terdapat tiga jenis pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia
yaitu: (1) logika yang dapat membedakan antara benar dan salah; (2) etika yang
dapat membe-dakan antara baik dan
buruk; serta (3) estetika yang dapat membedakan antara indah dan jelek. Kepekaan indra yang dimiliki, merupakan modal dasar dalam memperoleh pengetahuan tersebut.
Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang lazim dikatakan sebagai "ilmu". Ilmu
adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua
pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh
dua teori kebenaran yaitu koherensi dan korespondensi.
Koherensi menyatakan bahwa sesuatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan
sebelumnya. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan logis atau berpikir secara rasional. Korespondensi menyatakan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut didasarkan atas fakta atau realita. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan empirik atau bertolak dari fakta. Dengan demikian, kebenaran ilmu harus dapat dideskripsikan secara rasional dan dibuktikan secara empirik.
Koherensi dan korespondensi mendasari bagaimana ilmu diperoleh telah melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah. Proses untuk mendapatkan ilmu agar memiliki nilai kebenaran harus dilandasai oleh cara berpikir yang
rasional berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan fakta. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah melalui penelitian. Banyak
definisi tentang penelitian tergantung sudut pandang masing-masing.
Penelitian dapat didefinisikan
sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu masalah
berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empirik. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara
sistematis melalui proses pengumpulan data, pengolah data, serta menarik kesimpulan
berdasarkan data menggunakan metode dan teknik tertentu.
Pengertian tersebut di atas menyiratkan bahwa penelitian adalah langkah sistematis dalam upaya memecahkan masalah. Penelitian merupakan penelaahan
terkendali yang mengandung dua hal pokok yaitu logika berpikir dan data atau informasi
yang dikumpulkan secara empiris (Sudjana, 2001). Logika berpikir tampak dalam langkah-langkah sistematis mulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis, penafsiran dan
pengujian data sampai diperolehnya
suatau kesimpulan. Informasi dikatakan empiris jika sumber data mengambarkan fakta yang terjadi bukan sekedar
pemikiran atau rekayasa peneliti.
Penelitian menggabungkan cara berpikir rasional yang didasari oleh logika/penalaran dan cara berpikir
empiris yang didasari oleh fakta/
realita.
Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangka dalam metode ilmiah. Metode
ilmiah adalah kerangka landasan bagi terciptanya
pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan
menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni pengamatan {observation)
dan penalaran {reasoning). Metode
ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran maka pernyataan
tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empirik
(berdasarkan fakta).
Terdapat
empat langkah pokok metode ilmiah yang akan mendasari langkah-langkah penelitian yaitu:
1. Merumuskan masalah., mengajukan pertanyaan
untuk dicari
jawabannya. Tanpa adanya masalah tidak akan terjadi penelitian,
karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah. Rumusan
masalah penelitian pada umumnya diajukan dalam bentuk
pertanyaan..
jawabannya. Tanpa adanya masalah tidak akan terjadi penelitian,
karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah. Rumusan
masalah penelitian pada umumnya diajukan dalam bentuk
pertanyaan..
2.
Mengajukan hipotesis; mengemukakan jawaban sementara (masih
bersifat dugaan) atas pertanyaan yang diajukan sebelumnya.
Hipotesis penelitian dapat diperoleh dengan mengkaji berbagai teori
bersifat dugaan) atas pertanyaan yang diajukan sebelumnya.
Hipotesis penelitian dapat diperoleh dengan mengkaji berbagai teori
berkaitan dengan bidang ilmu yang
dijadikan dasar dalam perumusan masalah. Peneliti menelusuri berbagai konsep,
prinsip, generalisasi dari sejumlah literatur, jurnal dan sumber lain berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
Kajian terhadap teori merupakan dasar dalam merumuskan
kerangka berpikir sehingga dapat diajukan hipotesis sebagai alternatif jawaban atas masalah.
Verifikasi data; mengumpulkan data
secara empiris kemudian mengolah dan menganalisis data untuk menguji kebenaran
hipotesis. Jenis data yang diperlukan diarahkan oleh makna
yang tersirat dalam rumusan hipotesis. Data empiris yang
diperlukan adalah data yang dapat digunakan untuk
menguji hipotesis. Dalam hal ini, peneliti harus menentukan
jenis data, dari mana data diperoleh, serta teknik untuk memperoleh data. Data
yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan
cara-cara tertentu yang memenuhi kesahihan dan keterandalan sebagai bahan untuk menguji hipotesis.
Metode Ilmiah Sebagai Dasar Langkah-langkah
Penelitian
4. Menarik kesimpulan; menentukan jawaban-jawaban definitif atas
setiap
pertanyaan yang diajukan (menerima atau menolak hipotesis).
Hasil uji hipotesis adalah temuan penelitian atau hasil penelitian.
Temuan penelitian dibahas dan disintesiskan kemudian
disimpulkan.
Kesimpulan merupakan
adalah jawaban atas rumusan
masalah
penelitian yang disusun dalam bentuk proposisi atau
pernyataan yang
telah teruji kebenarannya.
Dengan
mengikuti langkah-langkah di atas, penelitian ilmiah merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mengkaji
dan memecahkan suatu masalah
menggunakan prosedur sistematis berlandaskan data empirik. Berdasarkan proses tersebut di atas, mulai dari
langkah kajian teori sampai pada perumusan hipotesis termasuk berpikir
rasional atau berpikir deduktif. Sedangkan
dari verifikasi data sampai pada generalisasi merupakan proses berpikir induktif. Proses tersebut adalah wujud
dari proses berpikir ilmiah. Itulah sebabnya penelitian dikatakan
sebagai operasionalisasi metode ilmiah.
Untuk
mendapatkan kebenaran ilmiah, penelitian harus mengandung unsur keilmuan dalam aktivitasnya. Penelitian yang
dilaksanakan secara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada
karakeristik keilmuan yaitu:
1. Rasional: penyelidikan ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan
terjangkau oleh penalaran manusia.
terjangkau oleh penalaran manusia.
2.
Empiris: menggunakan
cara-cara tertentu yang dapat diamati orang
lain dengan menggunakan panca indera manusia.
lain dengan menggunakan panca indera manusia.
3.
Sistematis: menggunakan proses dengan langkah-langkah
tertentu
yang bersifat logis.
yang bersifat logis.
Penelitian dikatakan tidak ilmiah
jika tidak menggunakan penalaran logis, tetapi
menggunakan prinsip kebetulan, coba-coba, spekulasi. Cara-cara seperti ini tidak tepat digunakan untuk pengembangan suatu profesi ataupun
keilmuan tertentu. Suatu penelitian dikatakan baik (dalam arti ilmiah) jika
mengikuti cara-cara yang telah ditentukan serta dilaksanakan dengan adanya
unsur kesengajaan bukan secara kebetulan.
Dalam keseharian
sering ditemukan konsep-konsep yang kurang tepat dalam memaknai penelitian antara lain:
1. Penelitian bukan
sekedar kegiatan mengumpulkan data
atau
informasi. Misalnya, seorang kepala sekolah bermaksud mengadakan
penelitian tentang latar belakang pendidikan orang tua siswa di
sekolahnya. Kepala sekolah tersebut belum dapat dikatakan
melakukan penelitian tetapi hanya sekedar mengumpulkan data atau
informasi saja. Pengumpulan data hanya merupakan salah satu bagian
kegiatan dari rangkaian proses penelitian. Langkah berikutnya yang
harus dilakukan kepala sekolah agar kegiatan tersebut menjadi
penelitian adalah menganalisis data. Data yang telah diperolehnya
dapat digunakan misalnya untuk meneliti pengaruh latar belakang
pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
informasi. Misalnya, seorang kepala sekolah bermaksud mengadakan
penelitian tentang latar belakang pendidikan orang tua siswa di
sekolahnya. Kepala sekolah tersebut belum dapat dikatakan
melakukan penelitian tetapi hanya sekedar mengumpulkan data atau
informasi saja. Pengumpulan data hanya merupakan salah satu bagian
kegiatan dari rangkaian proses penelitian. Langkah berikutnya yang
harus dilakukan kepala sekolah agar kegiatan tersebut menjadi
penelitian adalah menganalisis data. Data yang telah diperolehnya
dapat digunakan misalnya untuk meneliti pengaruh latar belakang
pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
2.
Penelitian
bukan hanya sekedar memindahkan fakta dari suatu tempat
ke tempat lain. Misalnya seorang pengawas telah berhasil mengum
pulkan banyak data/infromasi tentang implementasi MBS di sekolah
binaanya dan menyusunnya dalam sebuah laporan. Kegiatan yang
dilakukan pengawas tersebut bukanlah suatu penelitian. Laporan yang
dihasilkannya juga bukan laporan penelitian. Kegiatan dimaksud akan
menjadi suatu penelitian ketika pengawas yang bersangkutan mela
kukan analisis data lebih lanjut sehingga diperoleh suatu kesimpulan.
Misalnya: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imple
mentasi MBS; atau (2) faktor-faktor penghambat implementasi MBS
serta upaya mengatasinya.
ke tempat lain. Misalnya seorang pengawas telah berhasil mengum
pulkan banyak data/infromasi tentang implementasi MBS di sekolah
binaanya dan menyusunnya dalam sebuah laporan. Kegiatan yang
dilakukan pengawas tersebut bukanlah suatu penelitian. Laporan yang
dihasilkannya juga bukan laporan penelitian. Kegiatan dimaksud akan
menjadi suatu penelitian ketika pengawas yang bersangkutan mela
kukan analisis data lebih lanjut sehingga diperoleh suatu kesimpulan.
Misalnya: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imple
mentasi MBS; atau (2) faktor-faktor penghambat implementasi MBS
serta upaya mengatasinya.
B. Tujuan Umum Penelitian
Uraian di atas
memperlihatkan bahwa penelitian adalah penyaluran
rasa ingin
tahu manusia terhadap
sesuatu/masalah dengan melakukan
tindakan
tertentu (misalnya memeriksa,
menelaah, mempelajari dengan
cermat/sungguh-sungguh) sehingga
diperoleh suatu temuan
berupa
kebenaran, jawaban, atau pengembangan ilmu pengetahuan. Terkait dengan
ilmu pengetahuan, dapat dikemukakan tiga tujuan umum penelitian yaitu:
1. Tujuan Eksploratif, penelitian
dilaksanakan untuk menemukan sesuatu
(ilmu pengetahuan) yang baru dalam bidang tertentu. Ilmu yang diperoleh
melalui penelitian betul-betul baru belum pernah diketahui sebelumnya.
Misalnya suatu penelitian
telah menghasilkan kriteria
kepemimpian
efektif dalam MBS. Contoh lainnya
adalah penelitian yang menghasilkan suatu metode bam pembelajaran matematika
yang menyenangkan siswa.
2.
Tujuan Verijikatif, penelitian
dilaksanakan untuk menguji kebenaran dari
sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Data penelitian yang diperoleh
digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap infromasi atau
ilmu pengetahuan tertentu. Misalnya, suatu penelitian dilakukan untuk
membuktian adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya
kepemimpinan. Contoh lainnya adalah penelitian yang dilakukan untuk
menguji efektivitas metode pembelajaran yang telah dikembangkan di
luar negeri jika diterapkan di Indonesia.
sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Data penelitian yang diperoleh
digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap infromasi atau
ilmu pengetahuan tertentu. Misalnya, suatu penelitian dilakukan untuk
membuktian adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya
kepemimpinan. Contoh lainnya adalah penelitian yang dilakukan untuk
menguji efektivitas metode pembelajaran yang telah dikembangkan di
luar negeri jika diterapkan di Indonesia.
3.
Tujuan Pengembangan, penelitian dilaksanakan untuk mengembangkan
sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk
mengembangkan atau memperdalam ilmu pegetahuan yang telah ada.
Misalnya penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembela
jaran IPS yang sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran IP A.
Contoh lainnya adalah penelitian tentang sistem penjaminan mutu
(Quality Assurannce) dalam organisasi/satuan pendidikan yang
sebelumnya telah berhasil diterpakan dalam organisasi bisnis/perusahaan.
sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk
mengembangkan atau memperdalam ilmu pegetahuan yang telah ada.
Misalnya penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembela
jaran IPS yang sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran IP A.
Contoh lainnya adalah penelitian tentang sistem penjaminan mutu
(Quality Assurannce) dalam organisasi/satuan pendidikan yang
sebelumnya telah berhasil diterpakan dalam organisasi bisnis/perusahaan.
BAB II
PENELITIAN BERDASARKAN FUNGSINYA
Berdasarkan
fungsinya, penelitian dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu penelitian dasar, penelitian terapan, dan penelitian
evaluatif. Secara lebih luas,
perbedaan antara ketiga jenis penelitian tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan Fungsinya
Dasar
|
Terapan
|
Evaluasi
|
|
Topik Penelitian
|
• Ilmu
pengetahuan eksakta, perilaku, dan sosial.
|
• Bidang
terapan: kedokteran, teknologi, pendidikan.
|
• Pelaksanaan
berbagai kegiatan,
program pada suatu lembaga
|
Tujuan Penelitian
|
•
Untuk menguji teori, dalil,
dan prinsip dasar • Menentukan hubungan empirik antara fenomena dan generalisasi analisis.
|
• Menguji kegunaan teori dalam
bidang tertentu • Menjelaskan hubungan
empirik dan generlisasi analitis
diantara bidang tertentu
|
• Mengukur manfaat, sumbangan, dan kelayakan program atau kegiatan tertentu
|
Tingkat Generalisasi Hasil Penelitian
|
• Abstrak, umum
|
• Umum, terkait dengan
bidang tertentu.
|
• Konkrit, spesifik dalam aspek tertentu • Diterapkan dalam praktek pada bidang
tertentu
|
Kegunaan
Penelitian
|
•
Menambahkan pengetahuan dengan
prinsip-prinsip dasar dan hukum tertentu • Mengembangkan metodologi dan cara-cara lebih lanjut.
|
•
Menambahkan pengetahuan yang didasarkan
penelitian pada bidang tertentu •
Mengembangkan penelitian dan metodologi dalam bidang tertentu
|
•
Menambahkan pengetahuan yang didasarkan
penelitian tentang praktek tertentu •
Mengembangkan penelitian dan metodologi tentang praktek tertentu • Landasan dalam pembuatan keputusan dalam kegiatan/praktek tertentu
|
Sumber :
Diadaptasi dari McMillan dan Schumacher (2001)
Ilmu-ilmu dasar baik dalam bidang sosial maupun eksakta dikembangkan melalui penelitian dasar, sedangkan penelitian terapan menghasilkan ilmu-ilmu terapan (kedokteran, teknologi, pendidikan). Penelitian terapan dilakukan dengan memanfaatkan ilmu dasar. Penelitian dasar {basic
research) adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk pengembangan teori-teori ilmiah atau
prinsip-prinsip yang mendasar dan umum dari bidang ilmu yang bersangkutan.
Penelitian terapan {applied research) ditujukan untuk
menemukan teori-teori atau prinsip-prinsip yang mendasar dan umum dari masalah yang dikaji sehingga dapat memecahkan/mengatasi suatu masalah serta
masalah-masalah lain yang tergolong dalam tipe yang sama. Penelitian
evaluatif {evaluation research) dimaksudkan
untuk menilai suatu program atau kegiatan tertentu pada suatu lembaga. Penelitian evaluatif dapat digunakan untuk
menilai manfaat, kegunaan, atau kelayakan suatu kegiatan/program tertentu.
Pembahasan berikut ini ditekankan
pada gambaran umum yang dapat membedakan ketiga jenis penelitian. Uraian mengenai prosedur penelitian dibahas secara terintegrasi
dalam Bab III tentang metodologi penelitian.
A. Penelitian Dasar
Penelitian dasar {basic research) disebut juga penelitian murni {pure
research) atau penelitian pokok (fundamental research) adalah penelitian yang diperuntukan bagi pengembangan suatu ilmu pengetahuan serta diarahkan pada pengembangan teori-teori yang ada atau menemukan teori baru. Peneliti yang melakukan penelitian dasar memiliki tujuan mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa memikirkan pemanfaatan secara langsung dari
hasil penelitian tersebut. Penelitian dasar justru memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan serta
pengujian teori-teori yang akan
mendasari penelitian terapan.
Penelitian dasar lebih diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan, dan
memprediksikan fenomena-fenomena alam dan sosial. Hasil penelitian dasar mungkin belum dapat dimanfaatkan secara langsung akan tetapi sangat berguna untuk kehidupan yang lebih baik. Tujuan penelitian dasar adalah
untuk menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar, hukum-hukum
ilmiah, serta
untuk meningkatkan pencarian
dan metodologi ilmiah (Sukmadinata, 2005).
Tingkat generalisasi hasil penelitian dasar bersifat abstrak dan umum serta berlaku secara universal. Penelitian dasar tidak diarahkan untuk memecahkan masalah praktis akan tetapi prinsip-prinsip atau teori yang dihasilkannya dapat mendasari pemecahan masalah praktis. Dengan kata lain, hasil penelitian dasar dapat mempengaruhi kehidupan praktis. Contoh penelitian dasar yang terkait erat dengan bidang pendidikan adalah
penelitian dalam bidang psikologi, misalnya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perikalu manusia. Hasil
penelitian tersebut sering digunakan
sebagai landasan dalam pengembangan sikap untuk merubah perilaku melalui proses pembelajaran/pendidikan.
B. Penelitian Terapan
Penelitian terapan
atau applied research dilakukan berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar
dalam kehidupan nyata. Penelitian terapan berfungsi untuk mencari solusi
tentang masalah-masalah tertentu.
Tujuan utama penelitian terapan adalah pemecahan masalah sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia baik secara individu atau kelompok maupun untuk
keperluan industri atau politik dan bukan
untuk wawasan keilmuan semata (Sukardi, 2003). Dengan kata lain penelitian terapan adalah satu jenis
penelitian yang hasilnya dapat secara langsung diterapkan untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Penelitian ini menguji manfaat dari teori-teori ilmiah serta mengetahui hubungan empiris dan analisis dalam bidang-bidang tertentu. Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan bersifat umum, bukan rekomendasi berupa tindakan langsung. Setelah sejumlah studi dipublikasikan dan dibicarakan dalam periode waktu tertentu, pengetahuan tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi. Penelitian terapan lebih difokuskan pada pengetahuan teoretis dan praktis dalam bidang-bidang tertentu bukan pengetahuan yang bersifat universal misalnya bidang kedokteran, pendidikan, atau teknologi. Penelitian terapan
mendorong
penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek bam serta pengembangan metodologi untuk kepentingan praktis.
Penelitian terapan dapat pula diartikan sebagai studi sistematik dengan tujuan menghasilkan tindakan aplikatif yang dapat dipraktekan bagi pemecahan masalah tertentu. Hasil penelitian terapan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru tetapi meupakan aplikasi baru dari penelitian yang sudah ada (Nazir, 1985). Akhir-akhir ini, penelitian terapan telah
berkembang dalam bentuk yang lebih khusus yaitu penelitian
kebijakan (Majchrzak, 1984). Penelitian kebijakan berawal dari permasalahan
praktik dengan maksud memecahkan masalah-masalah sosial. Hasil
penelitian biasanya dimanfaatkan oleh
pengambil kebijakan.
C. Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan namun tujuannya dapat dibedakan dari penelitian terapan. Penelitian
ini dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan suatu
program, produk atau kegiatan tertentu (Danim, 2000). Penelitian ini diarahkan
untuk menilai keberhasilan manfaat,
kegunaan, sumbangan dan kelayakan suatu program kegiatan dari suatu unit/ lembaga tertentu. Penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan dan dapat
mendorong penelitian atau pengembangan
lebih lanjut, serta membantu para pimpinan untuk menentukan kebijakan (Sukmadinata, 2005). Penelitian evaluatif dapat dirancang untuk menjawab pertanyaan, menguji, atau
membuktikan hipotesis. Makna
evaluatif menunjuk pada kata kerja yang menjelaskan sifat suatu kegiatan, dan kata bendanya adalah evaluasi.
Penelitian evaluatif menjelaskan adanya
kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dan
rencana. Jadi yang dimaksud dengan
penelitian evaluatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang apa yang terjadi, yang merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang
memerlukan evaluasi. Melakukan
evaluasi berarti menunjukkan kehati-hatian karena ingin mengetahui
apakah implementasi program yang telah direncanakan sudah berjalan
dengan benar dan
sekaligus memberikan hasil
sesuai dengan
harapan. Jika
belum bagian mana yang belum sesuai serta apa yang menjadi penyebabnya.
Penelitian evaluatif memiliki dua kegiatan utama yaitu pengukuran atau pengambilan data dan membandingkan hasil pengukuran dan pengumpulan data dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil
perbandingan ini maka akan didapatkan kesimpulan bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien dan
efektif atau tidak. Atas dasar kegiatan tersebut, penelitian
evaluatif dimaksudkan untuk membantu perencana dalam
pelaksanaan program, penyempurnaan dan perubahan program,
penentuan keputusan atas keberlanjutan atau penghentian program, menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program, memberikan sumbangan dalam pemahaman suatu program serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lingkup penelitian evaluatif dalam bidang pendidikan misalnya evaluasi kurikulum, program pendidikan,
pembelajaran, pendidik, siswa, organisasi dan manajemen.
Satu pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah adanya standar,
tolok ukur atau kriteria. Mengevaluasi adalah melaksanakan upaya untuk mengumpulkan data mengenai kondisi nyata
sesuatu hal, kemudian dibandingkan
dengan kriteria agar dapat diketahui kesenjangan antara kondisi nyata
dengan kriteria (kondisi yang diharapkan). Penelitian evaluatif bukan sekedar melakukan evaluasi pada umumnya.
Penelitian evaluatif merupakan kegiatan evaluasi tetapi mengikuti kaidah-kaidah
yang berlaku bagi sebuah penelitian,
yaitu persyaratan keilmiahan, mengikuti sistematika dan metodologi secara benar sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan
makna tersebut, penelitian evaluatif harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut
(Arikunto, 2006):
1. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang
berlaku bagi penelitian ilmiah pada umumnya.
berlaku bagi penelitian ilmiah pada umumnya.
2.
Dalam
melaksanakan evaluasi,
peneliti berpikir sistemik
yaitu
memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri
dan beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu sama
lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi.
memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri
dan beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu sama
lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi.
3.
Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dan objek yang
dievaluasi,
perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor
penentu bagi keberhasilan program.
perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor
penentu bagi keberhasilan program.
4.
Menggunakan standar, kriteria, dan tolok ukur yang jelas
untuk setiap
indikator yang dievaluasi agar dapat diketahui dengan cermat keunggulan
dan kelemahan program.
indikator yang dievaluasi agar dapat diketahui dengan cermat keunggulan
dan kelemahan program.
5.
Agar informasi
yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata
secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum
terlaksana, perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan
identifikasi sub komponen, dan sampai pada indikator dan program yang
dievaluasi.
secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum
terlaksana, perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan
identifikasi sub komponen, dan sampai pada indikator dan program yang
dievaluasi.
6.
Dari
hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci
dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
7.
Kesimpulan
atau hasil penelitian digunakan
sebagai masukan/
rekomendasi bagi kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan.
Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti
harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, kriteria,
atau tolak ukur.
rekomendasi bagi kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan.
Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti
harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, kriteria,
atau tolak ukur.
BAB III
PENDEKATAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Berdasarkan
pendekatan yang mendasarinya, secara garis besar dapat dibedakan dua macam
penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Kedua pendekatan tersebut memiliki asumsi, tujuan, karakteristik, dan prosedur yang berbeda. Namun demikian, permasalahannya tidak terletak pada keunggulan atau kelemahan setiap pendekatan, tetapi sejauh mana peneliti mampu bersikap responsif dengan mengembangkan desain yang tepat untuk penelitiannya. Pembahasan berikut ini tidak bermaksud mempermasalahkan kebenaran atau kekurangan kedua pendekatan penelitian melainkan
untuk menguraikan perbedaan-perbedaan mendasar antara penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif dengan penekanan pada
penelitian kualitatif (mengingat pendekatan penelitian kualitatif jarang dilakukan), serta kemungkinan untuk menggabungkan kedua pendekatan penelitian
tersebut.
Penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif telah lama mendominasi tidak hanya pada penelitian ilmu-ilmu alam tetapi juga ilmu-ilmu
sosial. Prinsip-prinsip teoretis penelitian kuantitatif yang salah satunya adalah mengkonstruksikan pengetahuan pada prosedur
eksplisit, eksak, formal dalam
mendefinisikan konsep serta mengukur konsep-konsep dan variabel
(Poerwandari, 1998). Namun, terdapat beberapa peneliti sosial yang melakukan penelitian kualitatif berpendapat bahwa
fenomena-fenomena sosial sangat unik
sehingga sulit dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu bahkan dapat
menghilangkan makna yang sesungguhnya.
A. Penelitian Kuantitatif
1. Hakikat Penelitian Kuantitatif
Beberapa
penjelasan sebelumnya mengemukakan bahwa penelitian ilmiah adalah proses yang sistematis. Maknanya penelitian dilakukan
dengan urutan dan prosedur tertentu
yang bersifat tetap dan para peneliti mengikuti cara seperti itu dalam penelitiannya. Prosedur penelitian merupakan
pedoman peneliti untuk melakukan
penelitian dengan cara yang benar. Peneliti tidak dapat melakukan penelitian hanya dengan cara
mengumpulkan data dan
menganalisisnya,
tetapi penelitian hams berawal dari penemuan permasalahan dan berlanjut kepada tahap-tahap selanjutnya. Proses
penelitian ilmiah secara umum harus memenuhi tahapan perumusan
masalah, telaah teoretis, verifikasi data, dan
kesimpulan. Tahap-tahap ini berlaku untuk pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah {scientific
inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal {logical
positivism) yang beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat
mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi (Watson, dalam Danim
2002). Fokus penelitian kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses
kerja yang berlangsung secara ringkas,
terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam
angka-angka. Penelitian ini dilaksanakan
untuk menjelaskan, menguji hubungan antar variabel, menentukan
kasualitas dari variabel, menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai
nilai prediktif (untuk meramalkan suatu gejala).
Penelitian
kuantitatif menggunakan instrumen (alat pengumpul data) yang menghasilkan data numerikal (angka). Analisis data dilakukan menggunakan teknik statistik untuk mereduksi dan
mengelompokan data, menentukan hubungan serta mengidentifikasikan
perbedaan antar kelompok data. Kontrol,
instrumen, dan analisis statistik digunakan untuk menghasilkan temuan-temuan penelitian secara akurat. Dengan
demikian kesimpulan hasil uji
hipotesis yang diperoleh melalui penelitian kuantitatif dapat diberlakukan secara umum.
Pendekatan kuantitatif seperti penjelasan di atas mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus
didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Penelitian kuantitatif memerlukan adanya
hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan
berikutnya, seperti penentuan teknik analisa
dan formula statistik yang akan digunakan. Pendekatan
ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka.
Terdapat sejumlah
situasi yang menunjukkan
kapan sebaiknya penelitian
kuantitatif dipilih sebagai pendekatan antara lain: 1. Bila masalah yang merupakan
titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah penyimpangan yang terjadi
antara harapan dengan kenyataan,
aturan dengan pelaksanaan, antara
teori dengan praktek, antara rencana dengan
impelementasi atau tantangan dengan kemampuan. Masalah ini hams ditunjukkan dengan data, baik hasil
pangamatan sendiri maupun pencermatan dokumen. Misalnya penelitian kuantitatif
untuk menguji efektivitas
pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, maka data
prestasi belajar siswa sebagai masalah hams ditunjukkan.
2.
Bila peneliti ingin
mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi.
Penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan infomasi yang
luas tetapi tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Misalnya
penelitian tentang disiplin kerja gum di Kabupaten Bandung. Peneliti
dapat mengambil sampel yang representatif, tidak berarti hams semua
gum di kabupaten Bandung menjadi sumber data penelitian.
Penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan infomasi yang
luas tetapi tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Misalnya
penelitian tentang disiplin kerja gum di Kabupaten Bandung. Peneliti
dapat mengambil sampel yang representatif, tidak berarti hams semua
gum di kabupaten Bandung menjadi sumber data penelitian.
3.
Bila ingin diketahui
sejauh mana pengamh perlakuan/ treatment terhadap
subyek tertentu. Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok
digunakan. Misalnya penelitian untuk mengetahui pengamh penggunaan
media pembelajaran audio-visual terhadap prestasi belajar siswa.
subyek tertentu. Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok
digunakan. Misalnya penelitian untuk mengetahui pengamh penggunaan
media pembelajaran audio-visual terhadap prestasi belajar siswa.
4.
Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis
penelitian. Hipotesis penelitian
dapat berbentuk dugaan mengenai hubungan antar variabel (hipotesis
asosiatif) ataupun perbedaan skor variabel antar kelompok (hipotesis
komparatif). Misalnya peneliti ingin mengetahui perbedaan antara disiplin
kerja gum laki-laki dengan gum perempuan. Hipotesis komparatif yang
diuji adalah: "Terdapat perbedaan disiplin kerja gum laki-laki dengan
gum perempuan". Contoh lain misalnya peneliti ingin mengetahui
hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja gum. Hipotesis asosiatif
yang diuji dalam penelitian ini adalah: "Terdapat hubungan antara
motivasi kerja dengan kinerja gum".
dapat berbentuk dugaan mengenai hubungan antar variabel (hipotesis
asosiatif) ataupun perbedaan skor variabel antar kelompok (hipotesis
komparatif). Misalnya peneliti ingin mengetahui perbedaan antara disiplin
kerja gum laki-laki dengan gum perempuan. Hipotesis komparatif yang
diuji adalah: "Terdapat perbedaan disiplin kerja gum laki-laki dengan
gum perempuan". Contoh lain misalnya peneliti ingin mengetahui
hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja gum. Hipotesis asosiatif
yang diuji dalam penelitian ini adalah: "Terdapat hubungan antara
motivasi kerja dengan kinerja gum".
5.
Bila peneliti ingin
mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena
yang empiris dan dapat diukur. Misalnya ingin mengetahui IQ gum pada
sekolah tertentu, maka dilakukan pengukuran melalui tes IQ terhadap
gum-gum pada sekolah yang bersangkutan.
yang empiris dan dapat diukur. Misalnya ingin mengetahui IQ gum pada
sekolah tertentu, maka dilakukan pengukuran melalui tes IQ terhadap
gum-gum pada sekolah yang bersangkutan.
6.
Bila peneliti ingin menguji
terhadap adanya suatu keraguan tentang
kebenaran pengetahuan, teori, dan produk atau kegiatan tertentu. Misalnya
peneliti ingin mengetahun variabel yang lebih efektif apakah
kebenaran pengetahuan, teori, dan produk atau kegiatan tertentu. Misalnya
peneliti ingin mengetahun variabel yang lebih efektif apakah
pembelajaran
menggunakan metode diskusi atau penugasan. Dalam hal ini,
peneliti hams mengukur hasil belajar siswa yang menggunakan metode diskusi dan hasil belajar siswa yang menggunakan metode penugasan. Pada tahap selanjutnya hasil pengukuran tersebut dibandingkan.
2. Prosedur Penelitian Kuantitatif
Langkah-langkah penelitian kuantitatif adalah operasionalisasi metode ilmiah dengan
memperhatikan unsur-unsur keilmuan. Penelitian kuantitatif sebagai kegiatan ilmiah berawal dari masalah,
merujuk teori, mengemukakan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data,
dan membuat kesimpulan. Penelitian
kuantitatif berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris dan teoretis, sebagai suatu
aktivitas penelitian pendahuluan (prariset).
Agar masalah ditemukan dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori yang
diperoleh dari mengkaji berbagai literatur relevan. Penelitian dilakukan secara
sistematis, empiris, dan kritis mengenai fenomena-fenomena yang dipandu oleh
teori serta hipotesis sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.1.
Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasikan permasa-lahan atau isu-isu yang penting, aktual dan menarik. Dan yang paling
penting adalah manfaat yang dihasilkan bila masalah itu diteliti. Masalah dapat
digali dari berbagai sumber empiris ataupun teoretis sebagai aktivitas
penelitian pendahuluan (pra-penelitian). Agar masalah
ditemukan dengan baik diperlukan fakta-fakta empiris
diiringi penguasaan teori yang diperoleh melalui
pengkajian berbagai literatur relevan. Pada tahap selanjutnya, penelitian melihat tujuan sebagai suatu permasalahan. Masalah yang telah
ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah. Pada umumnya rumusan
masalah penelitian kuantitatif disusun dalam bentuk pertanyaan. Rumusan masalah merupakan penentuan faktor-faktor
atau aspek-aspek yang terkait dengan lingkup kajian penelitian.
Proses (Siklus) Kegiatan Penelitian
Dalam praktiknya faktor-faktor serta aspek-aspek yang berkaitan dengan kajian permasalahan sangat banyak dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan
pembatasan pada faktor atau aspek yang dominan saja. Penelitian membagi
permasalahan menjadi sub-sub permasalahan yang dapat dikelola dalam arti layak dan terjangkau untuk diteliti.
Setiap sub permasalahan dicari kemungkinan
jawabannya secara spesifik dalam bentuk hipotesis yang sesuai. Dalam hal
inilah diperlukan studi kepustakaan yaitu kegiatan untuk mengkaji
teori-teori yang mendasari penelitian. Dalam kegiatan ini juga dikaji
hal-hal empiris yang bersumber dari penelitian-penelitian
terdahulu. Penelitian menahan sementara hipotesis atau pertanyaan sampai semua
data terkumpul dan diinterpretasikan.
Pada tahap selanjutnya, penelitian diarahkan untuk mencari data didasari oleh rumusan masalah dan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya. Dalam hal ini diperlukan desain penelitian yang berisi tahapan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data (populasi dan
sampel), serta alasan mengapa menggunakan metode tersebut. Sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan, terlebih dahulu hams ditetapkan teknik penyusunan dan pengujian instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan
data. Data yang diperoleh kemudian di analisis menggunakan teknik statistik. Hasil analisis data merupakan
temuan yang belum diberi makna.
Pemaknaan
hasil analisis data dilakukan melalui interpretasi yang mengarah pada upaya mengatasi masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Dalam tahapan ini dikemukakan tentang
penerimaan atau penolakan hipotesis.
Interpretasi dibuat dengan melihat hubungan antara temuan yang satu dengan temuan lainnya. Kesimpulan
merupakan generalisasi hasil
interpretasi. Terhadap kesimpulan yang diperoleh maka diciptakanlah implikasi dan rekomendasi serta
saran dalam pemanfaatan hasil penelitian.
B. Pendekatan Penelitian Kualitatif 1.Hakikat
Penelitian Kualitatif
Membuat batasan atau
definisi tentang penelitian kualitatif memang tidak
mudah, mengingat banyaknya perbedaan pandangan yang ada. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam
penelitian terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Dasar penelitian kualitatif adalah
konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman
sosial yang diinterpretasikan oleh
setiap individu (Sukmadinata, 2005). Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan
hanya melalui penelaahan terhadap
orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial
mereka (Danim, 2002). Penelitian
kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan
strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian
penelitian kualitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan
instrumen kunci (Sugiyono, 2005).
Pembahasan sebelumnya
telah menjelaskan penelitian dengan pende-katan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dimulai dengan proses berpikir deduktif untuk mendapatkan hipotesis, kemudian
melakukan verifikasi data empiris, dan
menguji hipotesis berdasarkan data empiris, serta menarik kesimpulan atas dasar hasil pengujian hipotesis.
Untuk itu, peranan statistika sangat
diperlukan dalam proses analisis data. Penelitian pendidikan akhir-akhir ini
sudah mulai memusatkan perhatian kepada konsep-konsep yang timbul dari data. Dengan demikian perhatian bukan
kepada angka-angka yang diperoleh
melalui pengukuran empiris, namun pada konsep-konsep yang terdapat di dalamnya. Suatu peristiwa empiris
dapat menghasilkan suatu konsep.
Konsep-konsep yang timbul dari data empiris dicari hubungannya untuk membentuk teori.
Atas dasar uraian di atas, dapat dikemukakan lima ciri pokok sebagai karakteristik penelitian kualitatif yaitu:
1. Menggunakan
lingkungan alamiah sebagai sumber data
2.
Memiliki
sifat deskriptif analitik
3.
Tekanan pada proses bukan hasil
4.
Bersifat induktif
5.
Mengutamakan
makna
Penelitian kualitatif
menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti
pergi ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada
waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya,
menggali sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil
yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada
dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku
berlangsung. Misalnya peneliti ingin mengetahui peran kepala
sekolah dalam pembinaan gum. Peneliti hams
mendatangi suatu sekolah kemudian mengali informasi yang terkait dengan peran
kepala sekolah dalam pembinaan gum baik itu dari kepala sekolah, gum, maupun
dokumen sekolah.
Penelitian
kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil
pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi
penelitian, tidak dituangkan dalam
bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya
informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam
bentuk angka). Hasil analisis data bempa pemaparan mengenai situasi yang
diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian
naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan
mengapa dan bagaimana suatu fenomena
terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat
memberikan justifikasi mengenai konsep
dan makna yang terkandung dalam data. Misalnya ketika peneliti ingin mengetahui peran kepala sekolah dalam
pembinaan gum, berdasarkan data/informasi
yang ada peneliti hams mampu menguraikan tujuan kepala sekolah dalam pembinaan gum, langkah-langkah yang
dilakukan kepala sekolah dalam
pembinaan gum, serta bagaimana respon gum terhadap pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Tekanan
penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan informasi yang
diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang
dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena
tidak dapar dilakukan dengan ukuran frekuensinya saja. Pertanyaan di
atas menuntut gambaran nyata tentang
kegiatan, prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks
lingkungan di mana dan pada saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah
dibiarkan terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak
akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu
mentaransformasi data menjadi angka untuk mengindari hilangnya informasi
yang telah diperoleh. Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk
membuat prinsip bahkan teori sebagai suatu temuan
atau hasil penelitian tersebut. Misalnya ketika meneliti peran kepala
sekolah dalam pembinaan guru, peneliti tidak mengukur frekuensi pembinaan yang dilakukan akan tetapi mengamati untuk apa pembinaan dilakukan serta bagaimana cara pembinaan dilaksanakan.
Penelitian
kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan
yakni fakta empiris. Peneliti terjun
ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami,
mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik
kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan,
sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin
sama dalam konteks lingkungan yang lain baik
waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan
dikembangkan dari lapangan bukan dari
teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun
saling berkaitan. Misalnya ketika meneliti peran kepala sekolah dalam membina guru, peneliti harus
berusaha menemukan prinsip dan konsep-konsep atas dasar fakta. Peneliti
tidak berupaya menerapkan teori/konsep yang
terkait dengan pembinaan, akan tetapi berusaha menemukan konsep berdasarkan fakta dari lapangan.
Penelitian
kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya
penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti
memusatkan perhatian pada pendapat
kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi dari kepala sekolah dan
pandangannya tentang keberhasilan dan
kegagalan membina guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa
guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti mencari informasi dari guru agar
dapat diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu pembinaan
yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan
informasi dari partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan tepat.
Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan
berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik
maknanya dan
konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa hams menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab
deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Realitas
yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti cukup lama berada di lapangan.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila
dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif Berikut ini dikemukakan kapan
sebaiknya pendekatan kualitatif digunakan, antara lain:
1. Bila masalah
penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin
malah masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan
pendekatan kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung masuk
pada situasi, melakukan eksplorasi, sehingga masalah ditemukan dengan
jelas.
malah masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti dengan
pendekatan kualitatif, karena peneliti kualitatif akan langsung masuk
pada situasi, melakukan eksplorasi, sehingga masalah ditemukan dengan
jelas.
2.
Bila peneliti ingin
memahami makna di balik data yang tampak. Gejala
sosial sering tidak dapat dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan
dilakukan orang. Misalnya persepsi gum tentang kepemimpinan kepala
sekolah akan berbeda dengan persepsi kepala sekolah. Data untuk mencari
makna kepemimpinan kepala sekolah tersebut hanya cocok diteliti dengan
metode kualitatif misalnya melalui wawancara mendalam, observasi, dan
juga pencermatan dokumen.
sosial sering tidak dapat dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan
dilakukan orang. Misalnya persepsi gum tentang kepemimpinan kepala
sekolah akan berbeda dengan persepsi kepala sekolah. Data untuk mencari
makna kepemimpinan kepala sekolah tersebut hanya cocok diteliti dengan
metode kualitatif misalnya melalui wawancara mendalam, observasi, dan
juga pencermatan dokumen.
3.
Bila peneliti ingin
memahami interaksi sosial.
Interaksi sosial yang
kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian
kualitatif dengan cara berperan serta, wawancara mendalam terhadap
interaksi sosial tersebut. Misalnya pemahaman terhadap kepemimpinan
kepala sekolah hanya dapat dilakukan melalui kajian mendalam bukan
hanya pengukuran sepintas. Dengan demikian dapat ditemukan pola
hubungan yang jelas sehingga dapat ditemukan hipotesis yang berupa
hubungan antar gejala. Bila hipotesis terbukti, maka akan menjadi tesis
ataumenjadi teori.
kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian
kualitatif dengan cara berperan serta, wawancara mendalam terhadap
interaksi sosial tersebut. Misalnya pemahaman terhadap kepemimpinan
kepala sekolah hanya dapat dilakukan melalui kajian mendalam bukan
hanya pengukuran sepintas. Dengan demikian dapat ditemukan pola
hubungan yang jelas sehingga dapat ditemukan hipotesis yang berupa
hubungan antar gejala. Bila hipotesis terbukti, maka akan menjadi tesis
ataumenjadi teori.
4.
Bila peneliti ingin memastikan kebenaran data. Data
sosial sering sulit
dipastikan kebenarannya. Melalui berbagai teknik pengumpulan data
kualitatif, kepastian data akan lebih terjainin. Melalui pendekatan kuali
tatif data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, penelitian berakhir setelah
dipastikan kebenarannya. Melalui berbagai teknik pengumpulan data
kualitatif, kepastian data akan lebih terjainin. Melalui pendekatan kuali
tatif data yang diperoleh diuji kredibilitasnya, penelitian berakhir setelah
data itu jenuh
sehingga kepastian data dapat diperoleh. Misalnya untuk mencari gaya kepemimpinan seperti apa yang sebaiknya diterapkan kepala sekolah dalam membina gum, sebelum
ditemukan gaya yang tepat maka penelitian belum dinyatakan selesai.
5. Bila ingin
meneliti tentang sejarah atau perkembangan. Sejarah atau perkembangan kehidupan seseorang atau kelompok
orang dapat dilacak melalui pendekatan kualitatif. Misalnya sejarah
perkembangan sekolah sehingga sekolah
tersebut menjadi sekolah favorit dalam padangan masyarakat dan orang tua siswa.
Atas
dasar penggunaanya, dapat
dikemukakan bahwa penelitian
kualitatif dalam bidang pendidikan bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang
terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk menemukenali
kekurangan dan kelemahan pendidikan sehingga dapat ditentukan upaya
penyempurnaannya.
terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk menemukenali
kekurangan dan kelemahan pendidikan sehingga dapat ditentukan upaya
penyempurnaannya.
2.
Menganalisis dan
menafsirkan suatu fakta,
gejala dan peristiwa
pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks
ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan secara alami.
pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks
ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan secara alami.
3.
Menyusun hipotesis
berkenaan dengan konsep dan prinsip pendidikan
berdasarkan data dan informasi yang terjadi di lapangan (induktif) untuk
kepentingan pengujian lebih lanjut melalui pendekatan kuantitatif.
berdasarkan data dan informasi yang terjadi di lapangan (induktif) untuk
kepentingan pengujian lebih lanjut melalui pendekatan kuantitatif.
Bidang kajian penelitian kualitatif dalam pendidikan antara lain berkaitan
dengan proses pengajaran, bimbingan, pengelolaan/manajemen kelas,
kepemimpinan dan pengawasan pendidikan, penilaian pendidikan, hubungan sekolah dan masyarakat, upaya
pengembangan tugas profesi guru, dan
Iain-lain.
2. Prosedur Penelitian Kualitatif
Prosedur penelitian kualitatif memiliki perbedaan dengan penelitian
kuantitatif. Penelitian kualitatif biasanya didesain secara longgar, tidak
ketat, sehingga dalam pelaksanaan penelitian berpeluang
mengalami perubahan dari apa yang telah direncanakan. Hal itu dapat
terjadi bila perencanaan ternyata tidak
sesuai dengan apa yang dijumpai di lapangan. Meski demikian, kerja penelitian mestilah merancang langkah-langkah
kegiatan penelitian. Paling
tidak terdapat
tiga tahap utama dalam penelitian kualitatif yaitu (Sugiyono, 2007):
1. Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti mendeskrip-
sikan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti bam mendata
sepintas tentang informasi yang diperolehnya.
sikan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti bam mendata
sepintas tentang informasi yang diperolehnya.
2.
Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang
diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.
diperoleh pada tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.
3.
Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah
ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara
mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang
dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan,
hipotesis, bahkan teori baru.
ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis secara
mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema yang
dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan,
hipotesis, bahkan teori baru.
Secara spesifik, ketiga tahap di atas dapat djabarkan dalam tujuh langkah penelitian kualitatif yaitu: identifikasi masalah, pembatasan
masalah, penetapan fokus masalah, pelaksanaan penelitian,
pengolahan dan pemaknaan data, pemunculan teori,
dan pelaporan hasil penelitian (Sudjana, 2001). Keterkaitan antara tiga tahapan proses dan tujuh langkah penelitian
kualitatif ditunjukkan pada gambar 3.2 dan uraian berikut.
Langkah pertama: mengidentifikasi
masalah. Suatu masalah merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang
bertanya-tanya, berpikir, dan berupaya
menemukan kebenaran yang ada. Fenomena masalah tersebut terjadi karena adanya sesuatu yang diharapkan,
dipikirkan, dirasakan tidak sama
dengan kenyataan, sehingga timbul "pertanyaan" yang menantang untuk
ditemukan "jawabannya". Atas dasar prinsip masalah tersebut, dalam mengidentifikasi masalah dapat muncul pertanyaan
yang terkait dengan apakah, mengapa,
dan bagaimana. Dari pertanyaan yang muncul tergambar substansi masalah yang terkait dengan pendekatan
atau jenis penelitian tertentu.
Dengan kata lain, jenis penelitian apa yang harus digunakan peneliti bergantung
pada masalah yang ada. Di dalam penelitian sebaiknya seorang peneliti melakukan
identifikasi masalah dengan mengungkapkan semua permasalahan yang
terkait dengan bidang yang akan ditelitinya.
Tahapan dan Langkah-langkah Penelitian
Kualitatif
Langkah kedua: pembatasan masalah
yang dalam penelitian kualitatif sering disebut fokus penelitian. Sejumlah masalah yang
diidentifikasi dikaji dan dipertimbangkan
apakah perlu direduksi atau tidak. Pertimbangannya antara lain atas
dasar keluasan lingkup kajian. Kajian yang terlalu luas memungkinkan adanya hambatan dan tantangan yang lebih banyak. Kajian yang terlalu spesifik memerlukan kemampuan khusus
untuk dapat melakukan kajian secara
mendalam. Pembatasan masalah merupakan langkah penting dalam menentukan kegiatan penelitian. Meski
demikian, pembatasan masalah
penelitian kualitatif tidaklah bersifat
kaku/ketat. Pembatasan masalah dapat dilakukan dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan antara lain:
1. Dapatkah masalah tersebut dikembangkan
untuk diteliti?
2.
Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk
menemukan
jawaban atas masalah yang dipilih?
jawaban atas masalah yang dipilih?
3.
Apakah masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?
4.
Apakah
masalah tersebut bam dan aktual?
5.
Sudah adakah orang yang melakukan pemecahan masalah
tersebut?
6.
Apakah masalah tersebut
layak diteliti dengan
melihat kemampuan
peneliti, akses memperoleh informasi, serta ketersediaan dana dan waktu?
peneliti, akses memperoleh informasi, serta ketersediaan dana dan waktu?
Langkah
ketiga: penetapan fokus penelitian. Penetapan fokus berarti membatasi kajian. Dengan menetapkan fokus masalah
berarti peneliti telah melakukan pembatasan bidang kajian, yang berarti pula
membatasi bidang temuan. Menetapkan
fokus berarti menetapkan kriteria data penelitian. Dengan pedoman fokus masalah seorang peneliti
dapat menetapkan data yang hams
dicari. Data yang dikumpulkan hanyalah data yang relevan dengan fokus penelitian. Peneliti dapat mereduksi data
yang tidak relevan dengan fokus
penelitian. Sebagai catatan bahwa dalam penelitian kualitatif dapat terjadi
penetapan fokus penelitian bam dilakukan dan dipastikan pada saat peneliti berada di lapangan. Hal itu dapat terjadi
bila fokus masalah yang telah
dimmuskan secara baik, namun setelah di lapangan tidak mungkin dilakukan penelitian sehingga diubah, diganti,
disempurnakan atau dialihkan. Peneliti
memiliki peluang untuk menyempurnakan, mengubah, atau menambah fokus penelitian.
Langkah keempat: pengumpulan data. Pada
tahap ini yang perlu dipenuhi antara lain rancangan
atau skenario penelitian, memilih dan menetapkan setting (latar)
penelitian, mengurus perijinan, memilih dan menetapkan informan (sumber
data), menetapkan strategi dan teknik pengumpulan data, serta menyiapkan sarana dan prasarana penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menemui sumber data. Hal-hal yang
perlu diperhatikan saat melakukan
pengumpulan data adalah menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dengan sumber data. Hal ini terkait
dengan teknik pengumpulan data yang
akan digunakan misalnya observasi, wawancara atau pengamatan.
Langkah
kelima: pengolahan dan pemaknaan data. Pada penelitian yang lain
pada umumnya pengolahan data dan pemaknaan data dilakukan setelah data terkumpul atau kegiatan pengumpulan di
lapangan dinyatakan selesai. Analisis
data kualitatif yang meliputi pengolahan dan pemaknaan data dimulai sejak peneliti memasuki lapangan.
Selanjutnya, hal yang sama dilakukan
secara kontinyu pada saat pengumpulan sampai akhir kegiatan pengumpulan data
secara berulang sampai data jenuh (tidak diperoleh lagi informasi bam). Dalam hal ini, hasil analisis dan pemaknaan data akan berkembang, berubah, dan bergeser sesuai perkembangan dan perubahan data yang ditemukan di lapangan.
Langkah keenam: pemunculan teori. Peran
teori dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian
kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif teori tidak
dimanfaatkan untuk membangun kerangka pikir dalam menyusun hipotesis. Penelitian kualitatif bekerja secara induktif dalam rangka menemukan hipotesis. Teori berfungsi sebagai alat dan berfungsi sebagai fungsi tujuan. Teori sebagai alat dimaksudkan bahwa dengan teori yang ada peneliti
dapat melengkapi dan menyediakan keterangan terhadap fenomena yang ditemui. Teori sebagai tujuan mengandung makna
bahwa temuan penelitian dapat
dijadikan suatu teori baru.
Langkah ketujuh: pelaporan hasil
penelitian. Laporan hasil penelitian merupakan bentuk pertanggungjawaban
peneliti setelah melakukan kegiatan pengumpulan data penelitian dinyatakan
selesai. Dalam konteks yang seperti ini, pelaporan hasil penelitian secara
tertulis memiliki nilai guna setidaknya dalam
empat hal, yaitu:
1. Sebagai kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi oleh para
peneliti dalam setiap kegiatan penelitian
peneliti dalam setiap kegiatan penelitian
2.
Sebagai hasil nyata peneliti dalam
merealisasi kajian ilmiah
3.
Sebagai dokumen autentik
suatu kegiatan ilmiah yang dapat dikomuni-
kasikan kepada masyarakat ataupun sesama peneliti
kasikan kepada masyarakat ataupun sesama peneliti
4.
Sebagai hasil karya
nyata yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan
bergantung pada kepentingan peneliti (Sukardi, 2003).
bergantung pada kepentingan peneliti (Sukardi, 2003).
Berdasarkan uraian tentang hakikat dan prosedur penelitian kualitatif, penelitian kualitatif mempunyai makna tersendiri untuk kepentingan bidang
pendidikan. Pentingnya penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan antara
lain:
1. Pendidikan
sebagai proses sosialisasi hakikatnya adalah interaksi manusia
dengan lingkungan yang membentuknya melalui proses belajar dalam
konteks lingkungan yang berubah-ubah.
dengan lingkungan yang membentuknya melalui proses belajar dalam
konteks lingkungan yang berubah-ubah.
2.
Pendidikan senantiasa melibatkan komponen
manusia yakni pendidik dan
tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, lingkungan, waktu, serta sarana
dan prasarana pendidikan. Setiap komponen saling berinteraksi dalam
satu proses pendidikan/pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, lingkungan, waktu, serta sarana
dan prasarana pendidikan. Setiap komponen saling berinteraksi dalam
satu proses pendidikan/pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
3.
Pendidikan
sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi
juga berorientasi pada proses agar memperoleh hasil optimal.
juga berorientasi pada proses agar memperoleh hasil optimal.
4.
Pendidikan dalam arti luas, terjadi pada setiap manusia
dan berlangsung
sepanjang hayat, dalam lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat, secara alami.
sepanjang hayat, dalam lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat, secara alami.
5.
Tekanan utama
pendidikan adalah pembinaan
dan pengembangan
manusia mencakup aspek intelektual, moral, sosial dalam satu kesatuan
utuh, serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan pengembangan
tersebut melalui proses belajar agar diperoleh perubahan-perubahan
perilaku menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.
manusia mencakup aspek intelektual, moral, sosial dalam satu kesatuan
utuh, serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan pengembangan
tersebut melalui proses belajar agar diperoleh perubahan-perubahan
perilaku menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Proses dan hasil
pendidikan tidak saja diukur secara numerik/angka dan bilangan dalam
bentuk indeks-indeks prestasi atau indeks-indeks lainnya secara kuantitatif dan statistik. Lebih
dari itu perlu pengkajian mendalam berkenaan
dengan kualitas proses, efisiensi dan efektivitas, serta daya guna terhadap
perubahan perilaku individu khususnya anak didik dan tenaga kependidikan. Data kualitatif dalam bidang
pendidikan sangat bermanfaat untuk
menemukan hakikat dan makna yang terkandung dalam proses pendidikan.
Bagaimana proses
pendidikan itu berlangsung, bagaimana perubahan terjadi dalam proses tersebut,
bagaimana interaksi guru-siswa dan siswa-siswa dalam pembelajaran, bagaimana
sumber belajar dioptimalkan penggunaannya,
bagaimana guru menangani kesulitan belajar siswa, dan pertanyaan lainnya memerlukan data kualitatif dalam menjelaskannya. Pengukuran secara kuantitatif tersebut seringkali
menghilangkan makna yang sebenarnya,
lebih dari data yang diperoleh secara kuantitatif berdimensi
tunggal, padahal dalam kenyataannya suatu proses yang terjadi
berkaitan erat dengan berbagai dimensi yang
muncul dalam kondisi alamiahnya.
C.
Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Pemahaman yang benar dalam menggunakan
pendekatan, metode ataupun teknik untuk melakukan penelitian merupakan hal penting agar
dapat dicapai
hasil yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah ditentukan. Pendekatan yang mana
sebaiknya digunakan apakah pendekatan kualitatif
atau kuantitatif? Pembahasan berikut memberikan ulasan singkat mengenai perbedaan kedua pendekatan tersebut
sebagai kesimpulan uraian yang
dikemukakan sebelumnya.
Pertama: pendekatan kualitatif menekankan
pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks
tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif lebih
mementingkan proses dibandingkan hasil. Oleh karena itu urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan
hal-hal yang bersifat praktis. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya
variabel-variabel sebagai obyek penelitian. Penelitian kuantitatif memerlukan
adanya hipotesa dan pengujiannya yang akan menentukan tahapan berikutnya
seperti teknik analisa dan teknik statistik yang akan digunakan. Pendekatan
kuantitatif lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik.
Kedua:
jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, dasar
teori sebagai pijakan ialah adanya interaksi dari suatu
gejala dengan gejala lain yang ditafsirkan berdasarkan sudut pandang
yang bersangkutan dengan cara mencari makna
dari gejala yang sedang diteliti. Lain halnya dengan pendekatan
kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji
empiris dan fakta-fakta yang nyata atau terukur.
Kefiga: tujuan utama penelitian kualitatif
adalah mengembangkan pengertian, konsep-konsep yang pada
akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai "grounded
theory research". Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, mengungkap fakta, menunjukkan
hubungan antar
variabel, memberikan deskripsi statistik, serta menaksir dan meramalkan hasilnya.
Keempat: melihat
sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah/berkembang sesuai dengan situasi lapangan. Desain
hanya digunakan sebagai asumsi dalam melakukan penelitan. Oleh karena itu, desain
hams fleksibel dan terbuka. Lain halnya dengan desain penelitian kuantitatif. Desainnya terstruktur, baku, formal
dan dirancang sematang mungkin.
Desain penelitian kuantitatif bersifat spesifik dan detil karena merupakan suatu rancangan yang akan dilaksanakan
sebenarnya. Jika desainnya salah,
hasilnya menyesatkan.
Kelima: pada pendekatan kualitatif, data
bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa
gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk
lainnya, seperti foto, dokumen, dan catatan-catatan lapangan saat penelitian dilakukan. Sebaliknya penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif datanya bersifat kuantitatif/angka-angka.
Keenam: sampel kecil merupakan ciri
pendekatan kualitatif karena pada pendekatan
kualitatif penekanan pemilihan sampel didasarkan pada kualitasnya bukan jumlah. Ketepatan dalam memilih sampel merupakan salah satu kunci keberhasilan penelitian kualitatif. Sampel dipandang sebagai sampel
teoretis dan tidak representatif. Pada pendekatan kuantitatif, jumlah sampel besar karena aturan statistik mengatakan
bahwa semakin besar sampel akan
merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya pendekatan kuantitatif membutuhkan sampel yang besar maka
stratafikasi sampel sangat diperlukan.
Ketujuh: Jika peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan menggunakan
teknik observasi terlibat langsung, seperti dilakukan oleh peneliti bidang antropologi dimana peneliti terlibat
langsung dengan yang diteliti. Jika pendekatan kuantitatif diterapkan maka
teknik yang digunakan berbentuk observasi
terstruktur, survei menggunakan kuesioner, dan eksperimen. Dalam melakukan interview biasanya diberlakukan interview terstruktur untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Teknik mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan untuk menguji
hipotesis.
Kedelapan: dalam kualitatif, peneliti tidak
mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan yang
dibangun antara peneliti dengan sumber data didasarkan pada saling kepercayaan.
Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan
yang diteliti secara intensif. Apabila sampelnya itu manusia, maka yang menjadi responden diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian. Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti
mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan tersebut seperti hubungan antara subyek dan obyek. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan tingkat
obyektivitas yang tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu pendek.
Kesembilan: Analisa data
dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan
berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep untuk membangunan teori baru.
Analisa data penelitian kuantitatif
bersifat deduktif, uji empiris terhadap teori yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara
tuntas dengan menggunakan sarana
statistik.
Berdasarkan uraian di atas, kedua pendekatan tersebut masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pendekatan kualitatif banyak memakan waktu, reliabilitasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak baku,
desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar dan pada akhirnya hasil penelitian terkontaminasi oleh subyektifitas peneliti. Pendekatan kualitatif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variabel yang berpengaruh terhadap proses penelitian baik langsung
ataupun tidak langsung. Untuk menciptakan validitas yang tinggi diperlukan kecermatan dalam proses penentuan
sampel, pengambilan data dan juga
penentuan alat analisisnya.
D. Perpaduan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dalam
Penelitian
Penelitian yang
menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif belum banyak dilakukan. Namun, perkembangan ilmu-ilmu sosial khususnya pendidikan telah membuka kesempatan untuk memunculkan
perrpaduan antara keduanya. Strauss
& Corbin (1990) menyatakan bahwa suatu penelitian dapat saja memakai metodologi yang menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Salah
satu jenis penelitian yang
memerlukan
penggabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif adalah
penelitian-peneli-tiankebijakan(Brannen, 1997).
Brannen (1997) mencetuskan tiga acuan pokok dalam memadukan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Ketiga acuan itu adalah:
1. Penelitian kuantitatif sebagai
fasilisator penelitian kualitatif] maksud
dari acuan ini adalah:
dari acuan ini adalah:
a. Penelitian
kuantitatif memberikan data latar belakang yang terukur
untuk mengaitkannya dengan studi-studi skala kecil. Ini seringkali
diambil dari data-data statistik atau sensus.
untuk mengaitkannya dengan studi-studi skala kecil. Ini seringkali
diambil dari data-data statistik atau sensus.
b. Survei
kuantitatif dapat memberikan landasan bagi data kasus dari
kelompok-kelompok tertentu yang akan melandasi studi intensif
dalam penelitian kualitatif.
kelompok-kelompok tertentu yang akan melandasi studi intensif
dalam penelitian kualitatif.
2.
Penelitian kualitatif
sebagai fasilitator penelitian kuantitatif berarti
penelitian kualitatif berperan sebagai penunjang. Penelitian kualitatif
mempunyai fungsi tertentu yaitu: sebagai sumber hipotesis yang akan
diuji secara kuantitatif; sebagai pengembang dan pemandu instrumen-
instrumen penelitian kuantitatif seperti kuesioner, skala dan indeks
pengukuran; serta sebagai pembanding temuan-temuan kuantitatif.
penelitian kualitatif berperan sebagai penunjang. Penelitian kualitatif
mempunyai fungsi tertentu yaitu: sebagai sumber hipotesis yang akan
diuji secara kuantitatif; sebagai pengembang dan pemandu instrumen-
instrumen penelitian kuantitatif seperti kuesioner, skala dan indeks
pengukuran; serta sebagai pembanding temuan-temuan kuantitatif.
3.
Penelitian yang
mempergunakan kedua pendekatan dengan bobot
sama; kedua pendekatan dilakukan untuk saling mengisi kesenjangan
yang muncul pada saat survei lapangan, analisis, atau pelaporan.
Gabungan antara keduanya dapat berakhir dengan pemisahan
penelitian kualitatif dan kuantitatif tetapi tetap berhubungan.
sama; kedua pendekatan dilakukan untuk saling mengisi kesenjangan
yang muncul pada saat survei lapangan, analisis, atau pelaporan.
Gabungan antara keduanya dapat berakhir dengan pemisahan
penelitian kualitatif dan kuantitatif tetapi tetap berhubungan.
Dalam penelitian pendidikan sering dijumpai dua pendekatan digunakan bersama-sama terhadap masalah yang sama. Terkait dengan hal tersebut, Sudjana
(2001) berpendapat bahwa pendekatan tersebut sebenarnya bertolak dari asumsi yang berbeda, sehingga untuk persoalan
yang sama sulit menggunakan metode
dengan asumsi yang berbeda. Namun pemecahan masalah melalui studi yang berbeda cukup bermanfaat dalam memperkaya alternatif pemecahan masalahnya, sehingga lebih
komprehensif sifatnya. Sering
ditemukan pemaparan data kualitatif menggunakan statistik deskriptif serta temuan kualitatif dan kuantitatif disajikan
bersama-sama. Beberapa peneliti
kadang-kadang berusaha menggunakan kedua pendekatan tersebut
untuk masalah yang sama, namun
seringkali mengalami kerancuan dalam penarikan
kesimpulannya.
BAB IV METODE PENELITIAN PENDIDIKAN
Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian hams cocok dengan
pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta
alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan
metode penelitian yang ditetapkan. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti
perlu menjawab sekurang-kurangnya tiga pertanyaan pokok (Nazir, 1985) yaitu:
1. Urutan kerja atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan
suatu penelitian?
suatu penelitian?
2.
Alat-alat (instrumen)
apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun
dalam mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam
menganalisis data?
dalam mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam
menganalisis data?
3.
Bagaimana
melaksanakan penelitian tersebut?
Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut
memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang terus dilakukan dalam
suatu penelitian. Hal ini sangat membantu peneliti untuk mengendalikan kegiatan atau tahap-tahap
kegiatan serta mempermudah mengetahui
kemajuan (proses) penelitian.
Metode penelitian
menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang
harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data
tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis.
Dalam prakteknya terdapat sejumlah metode yang biasa digunakan untuk
kepentingan penelitian. Berdasarkan sifat-sifat masalahnya, Suryabrata (1983) mengemukakan sejumlah metode
penelitian yaitu sebagai berikut
1. Penelitian Historis
yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa
lampau secara sistematis dan obyektif.
lampau secara sistematis dan obyektif.
2.
Penelitian Deskriptif yang yang bertujuan untuk membuat
deskripsi
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat
populasi atau daerah tertentu.
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat
populasi atau daerah tertentu.
3.
Penelitian Perkembangan yang bertujuan untuk menyelidiki
pola dan
urutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.
urutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.
4.
Penelitian Kasus/Lapangan yang bertujuan untuk
mempelajari secara
intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan
suatu obyek
intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan
suatu obyek
5.
Penelitian
Korelasional yang bertujuan
untuk mengkaji tingkat
keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain
berdasarkan koefisien korelasi
keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain
berdasarkan koefisien korelasi
6.
Penelitian Eksperimental suguhan yang bertujuan untuk
menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan
kontrol/kendali
kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan
kontrol/kendali
7.
Penelitian
Eksperimental semu yang
bertujuan untuk mengkaji
kemungkinan hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak
memungkinkan ada kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi
pengganti bagi situasi dengan pengendalian
kemungkinan hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak
memungkinkan ada kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi
pengganti bagi situasi dengan pengendalian
8.
Penelitian Kausal-komparatif yang
bertujuan untuk menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan
eksperimen tetapi dilakukan dengan pengamatan terhadap data dari
faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai pembanding.
kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan
eksperimen tetapi dilakukan dengan pengamatan terhadap data dari
faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai pembanding.
9.
Penelitian
Tindakan yang bertujuan
untuk mengembangkan
keterampilan baru atau pendekatan baru dan diterapkan langsung serta
dikaji hasilnya.
keterampilan baru atau pendekatan baru dan diterapkan langsung serta
dikaji hasilnya.
McMillan dan
Schumacher (2001) memberikan pemahaman tentang metode penelitian dengan
mengelompokkannya dalam dua tipe utama yaitu kuantitatif dan kualitatif yang
masing-masing terdiri atas beberapa jenis metode sebagaimana ditunjukkan pada tabel
berikut.
Tabel 4.1. Jenis-jenis Metode Penelitian
Kuantitatif
|
Kualitatif
|
||
Eksperimen
|
Non eksperimen
|
Interaktif
|
Non interaktif
|
True eksperimen
|
Deskriptif
|
Etnografi
|
Analisis konsep
|
Quasi eksperimen
|
Komparatif
|
Fenomenologis
|
Analisis sejarah
|
Subjek tunggal
|
Korelasi
|
Studi kasus
|
|
Survei
|
Teori dasar
|
||
Ex post facto
|
Studi kritis
|
Jenis-jenis penelitian
lain dapat dibedakan atas dasar beberapa sumber
referensi berikut
ini.
Tabel 4.2.
Jenis-jenis Metode Penelitian Menurut Berbagai Referensi
SUGIYONO (2007)
|
HADI (1984)
|
Menurut Tu.juan
|
Penelitian Menurut Tu.juan
|
Penelitian Dasar (Basic Research)
|
Penelitian
Eksploratif
|
Penelitian Terapan (Applied Research)
|
Penelitian Developmental
|
Menurut Metode
|
Penelitian
Verifikatif
|
Penelitian Survei
|
Penelitian Menurut Bidang
|
Penelitian Expost Facto
|
Penelitian Pendidikan
|
Penelitian Eksprimen
|
Penelitian Pertanian
|
Penelitian Naturalisme
|
Penelitian Hukum
|
Penelitian Kebijakan (Policy Research)
|
Penelitian Ekonomi
|
Penelitian Tindakan (Action Research)
|
Penelitian Agama
|
Penelitian Evaluasi
|
Penelitian Menurut Tempatnya
|
Penelitian Sejarah
|
Penelitian Laboratorium
|
Menurut Tingkat Eksplanasi
|
Penelitian Perpustakaan
|
Penelitian Deskriptif
|
Penelitian Kancah
|
Penelitian Komparatif
|
Penelitian Menurut Tarafnya
|
Penelitian
Asosiatif
|
Penelitian
Deskriptif
|
Menurut Jenis dan Analisis Data
|
Penelitian Inferensial
|
Penelitian
Kualitatif
|
Penelitian Menurut Pendekatannya
|
Penelitian
Kuantitatif
|
Penelitian Longitudinal
|
Penelitian Cross Sectional
|
|
NAZIR (1999)
|
ARIKUNTO (2002)
|
Sejarah/Historis
|
Penelitian Menurut Tu.juan
|
Penelitian Sejarah Komparatif
|
Penelitian
Eksploratif
|
Penelitian Yuridis atau Legal
|
Penelitian Pengembangan
|
Penelitian Biografis
|
Penelitian
Verifikatif
|
Penelitian Bibliografis
|
Penelitian Kebijakan
|
Metode Deskriptif
|
Penelitian Menurut Pendekatan
|
Survei
|
Penelitian Longitudinal
|
Deskriptif berkesinambungan
|
Penelitian Cross Sectional
|
Studi Kasus
|
Penelitian Berdasarkan Variabel
|
Analisis Pekerjaan dan Aktivitas
|
Penelitian
Deskriptif
|
Penelitian Tindakan (Action Research)
|
Eksprimen
|
Penelitian Perpustakaan dan Dokumenter
|
Penelitian Kuantitatif
|
Metode Eksprimental
|
Penelitian Non-Eksprimen
|
Eksprimen Absolut
|
Penelitian Eksprimen
|
Eksprimen Perbandingan
|
Penelitian Kualitatif
|
Eksprimen Sungguhan
|
Fenomenologis
|
Eksprimen Semu
|
Interaksi Simbolik
|
Grounded Research
|
Kebudayaan
|
Penelitian Expos Facto
|
Antropologi
|
Banyaknya jenis
metode sebagaimana dikemukakan di atas, dilandasi oleh adanya perbedaan
pandangan dalam menetapkan masing-masing metode. Uraian selanjutnya tidak akan
mengungkap semua jenis metode yang dikemukakan di atas tetapi membahas secara
singkat beberapa metode penelitian
sederhana yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan.
A. Penelitian Deskriptif
Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada
masalah-masalah aktual sebagaimana
adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif,
peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan
perlakukan khusus terhadap peristiwa
tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih
dan satu variabel.
Penelitian deskriptif
sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perumusan masalah.
Metode penelitian manapun
harus diawali
dengan adanya masalah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan
penelitian yang jawabannya harus dicari menggunakan data dari
lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-variabel yang
menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian deskriptif peneliti
dapat menentukan status variabel atau mempelajari hubungan antara
variabel.
dengan adanya masalah, yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan
penelitian yang jawabannya harus dicari menggunakan data dari
lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-variabel yang
menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian deskriptif peneliti
dapat menentukan status variabel atau mempelajari hubungan antara
variabel.
2.
Menentukan jenis informasi yang diperlukan. Dalam hal ini
peneliti
perlu menetapkan informasi apa yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan. Apakah informasi
kuantitatif ataukah kualitatif Informasi kuantitatif berkenaan dengan
data atau informasi dalam bentuk bilangan/angka seperti.
perlu menetapkan informasi apa yang diperlukan untuk menjawab
pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan. Apakah informasi
kuantitatif ataukah kualitatif Informasi kuantitatif berkenaan dengan
data atau informasi dalam bentuk bilangan/angka seperti.
3.
Menentukan prosedur pengumpulan data. Ada dua unsur
penelitian
yang diperlukan, yakni instrumen atau alat pengumpul data dan
sumber data atau sampel yakni dari mana informasi itu sebaiknya
diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat pengumpul data antara
yang diperlukan, yakni instrumen atau alat pengumpul data dan
sumber data atau sampel yakni dari mana informasi itu sebaiknya
diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat pengumpul data antara
lain
tes, wawancara, observasi, kuesioner, sosiometri. Alat-alat tersebut lazim digunakan dalam penelitian deskriptif. Misalnya untuk
memperoleh informasi mengenai langkah-langkah gum mengajar, alat atau instrumen yang tepat digunakan adalah observasi atau pengamatan. Cara lain yang mungkin dipakai adalah wawancara dengan guru mengenai langkah-langkah mengajar. Agar diperoleh sampel yang jelas, permasalahan penelitian harus dirumuskan se-khusus mungkin sehingga memberikan arah yang pasti terhadap instrumen dan sumber data.
4.
Menentukan prosedur
pengolahan informasi atau data. Data dan
informasi yang telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan
sumber data atau sampel tertentu masih merupakan informasi atau
data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat
dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
informasi yang telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan
sumber data atau sampel tertentu masih merupakan informasi atau
data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat
dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
5.
Menarik kesimpulan penelitian. Berdasarkan
hasil pengolahan data di
atas, peneliti menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan
semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang merangkum
permasalahan penelitian secara keseluruhan.
atas, peneliti menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mensintesiskan
semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang merangkum
permasalahan penelitian secara keseluruhan.
B. Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya,
mempelajari secara khusus kepala sekolah yang tidak disiplin dalam bekerja . Terhadap kasus tersebut peneliti mempelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama. Mendalam, artinya mengungkap semua variabel yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melakukan apa yang dia lakukan dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Untuk mengungkap persoalan kepala sekolah yang tidak disiplin peneliti perlu mencari data berkenaan dengan pengalamannya pada masa lalu, sekarang, lingkungan yang membentuknya, dan kaitan variabel-variabel yang berkenaan dengan kasusnya. Data diperoleh dari berbagai sumber seperti
rekan
kerjanya, gum, bahkan juga dari dirinya. Teknik memperoleh
data sangat komprehensif seperti observasi perilakunya, wawancara, analisis dokumenter, tes, dan Iain-lain bergantung kepada
kasus yang dipelajari. Setiap data
dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, kalau perlu dibahas dengan peneliti lain
sebelum menarik kesimpulan-kesimpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan
yang ditunjukkan oleh individu tersebut. Studi kasus mengisyaratkan pada
penelitian kualitatif.
Kelebihan studi kasus dari studi lainnya adalah, bahwa peneliti dapat
mempelajari subjek secara mendalam dan menyeluruh. Namun kelemahanya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subyektif,
artinya hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada
individu yang lain. Dengan kata
lain, generalisasi informasi sangat terbatas penggunaannya. Studi kasus bukan
untuk menguji hipotesis, namun sebaliknya hasil studi kasus dapat menghasilkan hipotesis yang dapat diuji melalui
penelitian lebih lanjut. Banyak teori, konsep dan prinsip dapat
dihasilkan dan temuan studi kasus.
C. Penelitian Survei
Penelitian survei cukup banyak digunakan untuk pemecahan masalah-masalah pendidikan termasuk kepentingan perumusan kebijaksanaan pendidikan. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan informasi tentang variabel dari sekolompok obyek (populasi). Survei dengan cakupan seluruh populasi (obyek) disebut sensus. Sedangkan survei yang mempelajari sebagian populasi dinamakan sampel survei. Untuk kepentingan pendidikan,
survei biasanya mengungkap permasalahan yang berkenaan dengan berapa banyak
siswa yang mendaftar dan diterima di suatu sekolah? Berapa jumlah siswa
rata-rata dalam satu kelas? Berapa banyak guru yang telah memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan? Pertanyaan-pertanyaan kuantitatif
seperti itu diperlukan sebagai dasar perencanaan dan
pemecahan masalah pendidikan di sekolah. Pada tahap
selanjutnya dapat pula dilakukan perbadingan atau analsis hubungan antara variabel tersebut.
Survei dapat pula dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel seperti pendapat, persepsi, sikap, prestasi, motivasi, dan Iain-lain.
Misalnya persepsi kepala sekolah terhadap otonomi pendidikan, persepsi guru terhadap
KTSP, pendapat orangtua siswa tentang MBS, dan Iain-lain.
Peneliti dapat mengukur variabel-variabel
tersebut secara jelas dan pasti. Informasi yang diperoleh mungkin merupakan hal penting sekali bagi kelompok tertentu walaupun
kurang begitu bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Survei dalam pendidikan banyak manfaatnya baik untuk memecahkan masalah-masalah praktis maupun untuk bahan dalam merumuskan kebijaksanaan pendidikan bahkan juga untuk studi pendidikan dalam hubungannya dengan pembangunan. Melalui metode ini dapat diungkapkan masalah-masalah aktual dan mendeskripsikannya, mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria
yang telah ditentukan, atau menilai efektivitas suatu program.
D. Studi Korelasional
Seperti halnya
survei, metode deskriptif lain yang sering digunakan dalam pendidikan adalah studi korelasi. Studi ini mempelajari hubungan
dua variabel atau lebih, yakni sejauh
mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam
variabel lain. Derajat hubungan variabel-variabel
dinyatakan dalam satu indeks yang dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat digunakan untuk menguji
hipotesis tentang hubungan antar
variabel atau untuk menyatakan besar-kecilnya hubungan antara kedua variabel.
Studi korelasi yang bertujuan menguji hipotesis, dilakukan dengan cara mengukur
sejumlah variabel dan menghitung koefisien korelasi antara variabel-variabel tersebut, agar dapat ditentukan
variabel-variabel mana yang berkorelasi. Misalnya peneliti ingin mengetahui
variabel-variabel mana yang sekiranya
berhubungan dengan kompetensi profesional kepala sekolah. Semua variabel yang ada kaitannya (misal latar
belakang pendidikan, supervisi
akademik, dll) diukur, lalu dihitung koefisien korelasinya untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat
hubungannya dengan kemampuan
manajerial kepala sekolah.
Kekuatan
hubungan antar variabel penelitian ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang angkanya bervariasi antara -1 sampai +1. Koefisien korelasi adalah besaran yang diperoleh melalui perhitungan statistik berdasarkan kumpulan data hasil pengukuran dari setiap variabel. Koefisien
korelasi positif menunjukkan hubungan yang berbanding lurus atau
kesejajaran, koefisien korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbading terbalik atau ketidak-sejajaran. Angka 0 untuk koefisien korelasi
menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel. Makin
besar koefisien korelasi baik itu pada arah positif
ataupun negatif, makin besar kekuatan hubungan antar
variabel.
Hubungan Berbanding Terbalik
|
Tidak
ada
Hubungan
|
Hubungan Berbanding Lurus
|
Makna Hubungan antar Variabel
Berdasarkan Koefisien Korelasi
Misalnya, terdapat korelasi positif antara variabel IQ dengan prestasi
belajar; mengandung makna IQ yang
tinggi akan diikuti oleh prestasi belajar yang
tinggi; dengan kata lain terdapat kesejajaran antara IQ dengan prestasi belajar. Sebaliknya, korelasi negatif menunjukkan bahwa nilai tinggi pada satu variabel akan diikuti dengan nilai rendah pada variabel lainnya. Misalnya,
terdapat korelasi negatif antara absensi (ketidakhadiran) dengan prestasi
belajar; mengandung makna bahwa absensi yang tinggi akan diikuti oleh prestasi belajar yang rendah; dengan kata
lain terdapat ketidaksejajaran antara absensi dengan prestasi belajar.
Dalam suatu penelitian korelasional, paling tidak terdapat dua variabel yang harus diukur sehingga dapat diketahui hubungannya. Di samping itu dapat pula
dianalisis hubungan antara dari tiga variabel atau lebih. Model hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan dalam
gambar 4.2 dan 4.3 ( X dan Y pada
gambar tersebut menunjukkan variabel yang diukur).
X Y
Model Hubungan antara Dua Variabel dalam Penelitian Korelasional
Model Hubungan antara Tiga Variabel
dalam Penelitian
Korelasional
Makna suatu korelasi
yang dinotasikan dalam huruf r (kecil) bisa mengandung tiga hal. Pertama, kekuatan hubungan antar
variabel, kedua, signifikansi statistik
hubungan kedua variabel tersebut, dan ketiga arah korelasi. Kekuatan hubungan dapat dilihat dan
besar kecilnya indeks korelasi. Nilai
yang mendekati nol berarti lemahnya hubungan dan sebaliknya nilai yang
mendekati angka satu menunjukkan kuatnya hubungan.
Faktor yang cukup berpengaruh terhadap besar kecilnya koefisien korelasi
adalah keterandalan instrumen yang digunakan dalam pengukuran. Tes hasil belajar yang terlalu mudah bagi anak pandai dan terlalu sukar
untuk anak bodoh akan menghasilkan koefisien korelasi yang kecil. Oleh karena
itu instrumen yang tidak memiliki keterandalan yang tinggi tidak akan mampu mengungkapkan
derajat hubungan yang bermakna atau signifikan.
E.
Penelitian Eksperimen
Penelitian
eksperimen dapat didefmisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan metode inti dari
model penelitian yang
menggunakan
pendekatan kuantitatif. Dalam metode eksperimen, peneliti hams melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan mengontrol, kegiatan memanipulasi, dan observasi. Dalam penelitian eksperimen, peneliti membagi objek atau subjek yang diteliti menjadi 2 kelompok yaitu kelompok treatment yang
mendapatkan perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan. Karakteristik penelitian eksperimen yaitu:
1. Memanipulasi/merubah
secara sistematis keadaan tertentu.
2.
Mengontrol variabel yaitu mengendalikan kondisi-kondisi
penelitian
ketika berlangsungnya manipulasi
ketika berlangsungnya manipulasi
3.
Melakukan
observasi yaitu mengukur
dan mengamati hasil
manipulasi.
manipulasi.
Proses penyusunan penelitian eksperimen pada prisnsipnya sama dengan jenis penelitian lainnya. Secara eksplisit dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Melakukan kajian
secara induktif yang
berkaitan dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan
permasalahan yang hendak dipecahkan
2.
Mengidentifikasikan
permasalahan
3.
Melakukan studi litelatur yang relevan, mempormulasikan
hipotesis
penelitian, menentukan definisi operasional dan variabel.
penelitian, menentukan definisi operasional dan variabel.
4.
Membuat rencana penelitian mencakup: identifikasi variabel
yang
tidak diperlukan, menentukan cara untuk mengontrol variabel,
memilih desain eksperimen yang tepat, menentukan populasi dan
memilih sampel penelitian, membagi subjek ke dalam kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen, membuat instrumen yang sesuai,
mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan
hipotesis.
tidak diperlukan, menentukan cara untuk mengontrol variabel,
memilih desain eksperimen yang tepat, menentukan populasi dan
memilih sampel penelitian, membagi subjek ke dalam kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen, membuat instrumen yang sesuai,
mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan
hipotesis.
5.
Melakukan kegiatan
eksperimen (memberi perlakukan pada kelompok
eksperimen)
eksperimen)
6.
Mengumpulkan
data hasil eksperimen
7.
Mengelompokan
dan mendeskripsikan data setiap variabel
8.
Melakukan analisis data dengan teknik
statistika yang sesuai
9.
Membuat laporan penelitian eksperimen.
Dalam penelitian
eksperimen peneliti harus menyusun variabel-variabel minimal satu hipotesis yang
menyatakan hubungan sebab akibat diantara
variabel-variabel yang terjadi.
Variabel-variabel yang diteliti
termasuk variabel bebas dan variabel
terikat sudah ditentukan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Dalam
bidang pembelajaran misalnya yang
diidentifikasikan sebagai variabel bebas antara lain: metode mengajar, macam-macam penguatan, frekuensi penguatan,
sarana-prasarana pendidikan, lingkungan belajar, materi belajar, jumlah
kelompok belajar. Sedangkan yang diidentifikasikan variabel terikat antara lain: hasil belajar siswa,
kesiapan belajar siswa, kemandirian siswa.
F. Penelitian
Tindakan
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktek yang dilakukan sendiri. Dengan demikian akan diperoleh pemahaman mengenai praktek tersebut dan situasi di mana praktek tersebut dilaksanakan. Terdapat dua esensi penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu: (1) Untuk memperbaiki
praktek; (2) Untuk pengembangan profesional dalam arti
meningkatkan pemahaman/kemampuan para praktisi
terhadap praktek yang dilaksanakannya; (3) Untuk
memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktek tersebut
dilaksanakan.
Penelitian tindakan bertujuan untuk mengungkap penyebab masalah dan sekaligus memberikan langkah pemecahan terhadap masalah. Langkah-langkah pokok yang ditempuh akan membentuk suatu siklus sampai dirasakannya ada suatu perbaikkan. Siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya
yaitu: (1) penetapan fokus masalah penelitian, (2) perencanaan tindakan perbaikan, (3) pelaksanaan tindakan
perbaikan, observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi, dan (5)
perencanaan tindak lanjut. Mengingat besarnya manfaat penelitian
tindakan dalam bidang pendidikan, uraian spesifik akan dijelaskan dalam materi
tersendiri.
G. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D)
adalah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki
praktek. Yang dimaksud dengan Penelitian dan Pengembangan
atau Research and
Development (R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk bam atau menyempurnakan
produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di
laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti
program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan
atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan,
bimbingan, evaluasi, sistem manajemen, dan Iain-lain.
Penelitian dalam bidang pendidikan pada umumnya jarang diarahkan pada pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan dengan fenomena-fenomena yang bersifat fundamental, serta praktek-praktek pendidikan. Penelitian dan pengembangan
merupakan metode penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar
dengan penelitian terapan. Sering dihadapi adanya kesenjangan antara hasil-hasil penelitian dasar yang bersifat teoretis dengan penelitian
terapan yang bersifat praktis. Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau disambungkan dengan penelitian dan pengembangan. Dalam
pelaksanaan penelitian dan pengembangan, terdapat beberapa metode yang
digunakan, yaitu metode: deskriptif, evaluatif, dan eksperimental.
Penelitian
deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. Kondisi yang ada mencakup: (1) Kondisi produk-produk yang sudah ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar (embrio)
produk yang akan dikembangkan, (2) Kondisi pihak pengguna (dalam bidang pendidikan misalnya sekolah, guru, kepala
sekolah, siswa, serta pengguna lainnya); (3) Kondisi faktor-faktor
pendukung dan penghambat pengembangan dan
penggunaan dari produk yang akan dihasilkan,
mencakup unsur pendidik dan tenaga kependidikan, sarana-prasarana,
biaya, pengelolaan, dan lingkungan pendidikan di mana produk tersebut akan diterapkan.
Metode evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi produk dalam proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk penelitian dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan pada setiap kegiatan uji coba
diadakan
evaluasi, baik itu
evaluasi hasil maupun
evaluasi proses.
Berdasarkan
temuan-temuan pada hasil uji coba diadakan penyempurnaan (revisi model).
Metode ekspenmen digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan. Walaupun dalam tahap uji coba telah ada evaluasi (pengukuran), tetapi pengukuran tersebut masih dalam rangka pengembangan
produk, belum ada kelompok pembanding. Dalam eksperimen telah diadakan pengukuran selain pada kelompok eksperimen juga pada kelompok pembanding
atau kelompok kontrol. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak atau
random. Pembandingan hasil eksperimen
pada kedua kelompok tersebut dapat menunjukkan tingkat keampuhan dan produk yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini.
1992. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Brannen.
1997. Mixing Methods Qualitative and Quantitative Research diterjemahkan
olehKurde. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Danim,
Sudarwan. 2000. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi Aksara.
Danim,
Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif . Bandung: Pustaka Setia.
Davis, Duane dan Conseza Robert. 1985. Business Research for Decision Making. California: Wadsworth Inc.
Dharma,surya. 2008. Pendekatan,
Jenis, dan Metode Penelitian pendidikan. Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional
Faisal, Singgih.
1990. Penelitian Kualitatif. Malang: YA3
Leedy, Paul D. 1997. Practical Research: Planning and Design. New
Jersey: PrecticeHall.
McMillan, J.H. and Schumacher, S. 2001. Research
in Education. New York: Longman, Inc.
Nasution, S. 1996.
Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif Bandung: Tar si to.
Patilima, Hamid.
(2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Patton, M.Q. 1990. Qualitative
Evaluation and Research Methods. Newbury Park: Sage Publications.
Sarwono, Jonathan. 1995. Penuntun
Penelitian Praktis, Bandung: Universitas Kristen Maranatha
Poerwandari, K. 1998.
Pendekatan Kualitatif dalam
Penelitian Sosial. Jakarta: LPSP3-UI.
Sudjana, N. dan Ibrahim, R. 2001. Penelitian
dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, Nana. 2001. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 1997. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta. Sugiyono. 2005. Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan;
Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya).
Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana
Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suriasumantri, Yuyun. 1990. Filsafatllmu. Jakarta: Sinar Harapan
Suryabrata,
Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Strauss and
Corbin. 1990.
Basics of Qualitative Research. California: Sage Publication.
source : Mr. Mantra documents. Unmas Denpasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar